M. Natsir Dan Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
Titik tolak pembaharuan pemikiran Islam masa Orde Baru, bermula dari pidato menyimpang Nurcholish Madjid (Cak Nur) di awal tahun 1970 yang kemudian menimbulkan kehebohan di kalangan umat Islam. Dawam Rahardjo memberikan keterangan, tak sedikitpun Cak Nur – berniat membuat heboh. Bahkan ceramahnya itu hanya “kebetulan” saja: ia menggantikan Dr. Alfian. Dan Cak Nur tidak menyangka, bahwa pemikirannya akan sejauh itu dampaknya. Pemikirannya yang terkenal dengan slogan “Islam Yes. Partai Islam No”. sebuah seruan deislamisasi partai politik, melalui program yang disebut “sekulerisasi”.
Apakah karena
kebetulan seaspirasi dengan Cak Nur tentang : “Islam Yes, Partai Islam No”.
ataukah pengaruh pemikiran Cak Nur dan kawan-kawan yang jelas pemerintah Orde
Baru melakukan “deideologi” partai Islam, dan kemudian diganti dengan Pancasila
sebagai satu-satunya asas seluruh orsospol.
Budhi
Munawar-Rachman menjelaskan bahwa ada tiga kelompok besar pemikir neo-modernis
Islam di Indonesia yaitu (1). Islam Rasional dengan tokohnya Harun Nasution dan
Djohan Effendi dengan membawa pandangan-pandangan Mu’tazilah (2) Islam
Peradaban yang diantara tokohnya Cak Nur dan Kuntowijoyo dan (3) Islam
Transformatif dengan tokohnya Adi Sasono, M. Dawam Rahadjo.
Gerakan
pembaharuan pemikiran Islam pada tahun 1970-an dilaksanakan oleh
pemikir-pemikir individual yaitu pemikir yang tidak terlalu terikat oleh
organisasi seperti NU, Muhammadiyah, SI dan lainnya. Dahulu ketika melempar isu
pembaharuan islam pada tahun 1970-an, Cak Nur relatif single fighter, tetapi
sepuluh atau duapuluh tahun kemudian- pada decade 1980-an apalagi 1990-an- Cak
Nur sudah tidak lagi sendirian.
Gagasan-gagasan
Cak Nur dan kawan-kawan di rentang akhir tahun 1980-an dan sepanjang tahun
1990-an banyak dipublikasikan dalam buku-buku yang diterbitkan secara luas
diantaranya oleh Mizan, Jurnal Ulumul Qur’an dan Islamika juga Paramadina
sendiri.
Buah Pemikiran
Cak Nur dan sahabat-sahabatnya banyak menimbulkan kontroversi di kalangan umat
Islam, diantara yang menghangat adalah perseteruan konsep-konsep pemikiran
Islam melalui tulisan antara Ulumul Qur’an dengan Media Dakwah yang diterbitkan
oleh Dewan Dakwah Islamiyah. Turut andil pula lembaga-lembaga kajian yang
menghasilkan kader-kader muda lewat Paramadina (diantaranya).
Di tahun 2000-an
pemikiran Islam diramaikan oleh kader muda Islam diantaranya Ulil Absar ‘Abdala
sebagai “Cak Nur Muda” yang menggagas Islam Liberal. Model pemikiran Islam
Liberal-nya Ulil tidak jauh berbeda dengan pembinanya Nurcholis Madjid.
Gagasan-gagasan
yang ditawarkan oleh kalangan liberal ini berupaya mendekontruksi teks-teks
syariat dan warisan-warisan budaya Islam berdasarkan standar-standar
modernitas. Metode yang ditempuh adalah dengan merombak dan membongkar seluruh
bangunan pemikiran klasik (turats), setelah sebelumnya diadakan kajian dan
analisis terhadapnya. Tujuannya, agar selalu yang dianggap absolute berubah
menjadi relative dan ahistoris menjadi historis.
Menurut Adian
Husaini ada beberapa tantangan pemikiran Islam kontemporer yang memerlukan penanganan
sangat serius dari umat Islam yang datang langsung dari para pemikir Barat
maupun para pemikir muslim secular-liberal yang terpengaruh pola pikir barat,
di antaranya:
1. Tantangan
Peradaban Barat.
2. Masalah
Kristenisasi
3. Masalah
Kolonilaisme/ imperialism modern
4. Masalah
Orientalisme
5. Kajian
Al-Qur’an dan Tafsir Al-Qur’an
6. Studi
agama-agama
7. Pluralisme
Agama