Al-Ghazali dan Perang Salib
Gambar Hanya Ilustrasi Dari unsplash.com |
Oleh: Wildan Hasan | Penulis Buku Perang Panjang
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Rahimahullahu ta’ala (450/1058-505/1111) yang hidup semasa perang Salib menyusun kitab Ihya ‘Ulumuddin. Beliau membuka kitabnya dengan “kitabul ‘Ilmi”. Perang Salib fase awal betul-betul menghancurkan peradaban Islam waktu itu. Umat Islam terkejut akan kekalahan tersebut dan alangkah sulitnya untuk bangkit dari kekalahan. Kenapa bisa kalah setelah 800 tahun digjaya?
Ternyata faktor utama kekalahan bukan karena jumlah yang sedikit, kekayaan yang minim dan persenjataan yang kadaluarsa. Tetapi moral dan spiritual yang hangus tergerus jaman dan kemewahan dunia. Penyakit wahn cinta dunia takut mati menghinggapi hampir secara permanen individu-individu muslim saat itu. Umat meninggalkan ‘Ulumuddin (ilmu-ilmu agama/al-Qur’an dan as-Sunnah) yang selama ini telah menjadi penopang kejayaan mereka.
Al-Ghazali mampu melihat persoalan waktu itu secara menyeluruh bahwa permasalahan umat tidak dapat dituntaskan dengan politik dan ekonomi semata. Al-Ghazali membangkitkan semangat jihad dengan mengajak umat untuk kembali mempelajari dan mengamalkan syariat sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Maka beliau menamai kitabnya Ihya ‘Ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Perang Salib jilid dua saat ini di Palestina (Jerusalem), tidak hanya dapat diselesaikan dengan usaha-usaha politis dan ekonomi. Namun yang terpenting adalah berawal dari penyadaran umat akan pentingnya berhijrah untuk berilmu dan segera mengamalkan syari’at untuk terwujudnya umat yang berilmu dan melakukan pembelaan terhadap Palestina secara komprehensif. Tanpa berarti berkurang dukungan kita terhadap saudara-saudara kita yang sedang dan akan berangkat berjihad fi sabilillah menjemput syahid yang dicita-citakan.