Surat Terbuka untuk Ibu Dina Y Sulaeman
Dina Y Sulaeman
(Tokoh Wanita Syi’ah di Indonesia)
Bismillah.
Salaamun ‘alaa manit taba’al hudaa
Perkenalkan,
saya Wildan Hasan, seorang bapak rumah tangga biasa, yang senang belajar dan
menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di
berbagai majelis ta’lim, sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk
itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi
orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang terkumpul
dalam buku berjudul Bawalah Facebookmu ke Surga yang pasti belum ibu baca.
Ibu mungkin
hanya ke GR an saja. Tepatnya mungkin ibu dipandang sebagai orang yang patut
diwaspadai karena pandangan-pandangan ibu terkait konflik Suriah ngawur dan tak
berimbang. Ibu menyebut kelompok-kelompok pro jihad Suriah sebagai radikal.
Maksudnya apa bu? Kategorisasinya apa? Tujuannya apa menyebut seperti itu?
Kemudian, ibu menyebut media-media pro jihad Suriah sebagai teman ust Arifin
Ilham. Jadi, ibu bukan teman media pro jihad Suriah? Ibu pro mana? Maaf bila
saya dianggap lancang menyurati tokoh sebesar ibu.
Ada pesan
penting yang ingin saya sampaikan kepada ibu. Tolong, jangan kaitkan sebuah
konflik dengan urusan pribadi. Apalagi urusan keuangan. Karena siapa yang tidak
tahu bahwa program Syiahisasi dunia Islam dibiayai besar-besaran oleh Republik
Syiah Iran. Ibu Dina yang mengaku ibu rumah tangga biasa, tentu tidak senang
kan apabila urusan dapurnya diungkit-ungkit. Saya yakin ust Arifin Ilham punya
penjelasan terkait urusan dapurnya itu.
Awal konflik
Suriah
awal mula
perang suriah dilatarbelakangi oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap rezim
Bashar Assad yang otoriter dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Rakyat
Suriah kemudian melakukan aksi damai menuntut keadilan. Akan tetapi rezim
Bashar malah menanggapi aksi damai tersebut dengan kekerasan.
Puncaknya
adalah ketika ada anak Suriah menuliskan kata-kata di tembok tentang Bashar
Assad, kemudian anak ini di bawa oleh tentara Assad setelah di intrograsi anak
kecil ini dikelupas kulitnya, lalu ditumpahkan cairan ke tubuh yang mengelupas,
sehingga sakitnya tiada terperikan. Tentara Bashar sambil berteriak menuhankan
Bashar Assad. Penduduk protes tapi mereka ditangkapi. Siksaan demi siksaan
dilakukan terhadap para tawanan yang dituduh menentang rezim Bashar Assad,
padahal orang-orang ini hanyalah penduduk kampung.
Konflik Suriah
yang dimulai sejak demonstrasi di kota Dharaa, 11 Maret 2011 lalu sampai detik
ini tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Akibat dari konflik itu,
anak-anak kehilangan orang tuanya, wanita kehilangan suami dan keluarganya, dan
keluarga kehilangan harta benda mereka. Rakyat Suriah terancam kehilangan masa
depan.
Belum lagi
jumlah korban meninggal yang sudah mencapai lebih dari 110 ribu jiwa, ditambah
jutaan lainnya yang kehilangan tempat tinggal dan harus menjadi pengungsi di
luar negaranya. Sungguh hal itu sebuah keadaan yang memilukan. Tragedi ini
hendaknya membuka rezin Syiah Suriah agar menghentikan pembantaian terhadap
rakyatnya sendiri.
Lantas, apa
penyebabnya sehingga hal itu terjadi dan menyebabkan jutaan manusia menjadi
korbannya? Penyebabnya adalah nafsu Syiah untuk berkuasa dan menumpas selain
Syiah.
Tidak banyak
kaum muslimin yang mengetahui hakekat peristiwa yang tengah terjadi di Suriah.
Banyak di antara kaum muslimin yang menyangka kebiadaban rezim Suriah tersebut
semata-mata didasari oleh kepentingan politik untuk menyelamatkan kekuasaan
rezim Partai Baath, partai sosialis yang telah mencengkeram rakyat Suriah
selama puluhan tahun dengan kekuatan senjata. Belum banyak yang tahu bahwa
kebiadaban rezim partai Baath dilatarbelakangi oleh faktor ideologi dan agama.
Ya, partai Baath telah didominasi oleh kelompok Nushairiyah sejak era Hafizh
Assad. Kelompok Nushairiyah merupakan bagian dari sekte Syi’ah esktrim yang
telah dihukumi murtad dari Islam oleh seluruh ulama kaum muslimin. Jadi, rezim Syi’ah
esktrim tengah mempertontonkan kebiadabannya kepada mayoritas rakyat yang
beragama Islam, ahlus sunnah wal jama’ah. Demonstrasi damai versus kebiadaban
militer di Suriah sejatinya adalah pertaarungan dua agama: Islam versus
Nushairiyah.
Tidak heran bila
Iran yang beragama Syi’ah Imamiyah (biasa juga disebut Syi’ah Itsna Atsariyah
atau Syi’ah Ja’fariyah) getol memberikan dukungan militer, politik, dan ekonomi
kepada rezim Syi’ah Suriah. Dua aliran Syi’ah ekstrim telah bertemu untuk
menghabisi musuh bersama; mayoritas rakyat Suriah yang beragama Islam Ahlus
Sunnah. Bila ditambah kekuatan Syi’ah Lebanon (dengan milisi Hizbul Laata
—plesetan dari nama sebenarnya, Hizbullah), kekuatan Israel, dan Kristen
Libanon yang juga memusuhi Ahlus Sunnah; maka rakyat muslim sunni Suriah tengah
terkepung dari seluruh penjuru. Umat Islam sedunia sudah seharusnya terus
memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Suriah, sebagaimana dukungan
mereka kepada perjuangan rakyat muslim Mesir, Tunisia, dan Palestina. Para ulama
dan tokoh umat Islam wajib membongkar kedok rezim Nushairiyah Suriah, sehingga
wala’ dan bara’ kaum muslimin jelas. Berikut ini sebagian fatwa ulama Islam
yang menjelaskan hakekat kelompok Nushairiyah dan partai Baath.
Fatwa tentang
Sekte Nushairiyah, Fadhilah syaikh Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi hafizhahullah:
Nushairiyah
adalah salah satu kelompok Syi’ah ekstrim yang muncul pada abad ketiga
Hijriyah. Berbagai aliran keagamaan yang kafir seperti Bathiniyah, Ismailiyah,
Budha, dan sekte-sekte kafir yang berasal dari agama Majusi masuk bergabung ke
dalam kelompok Nushairiyah. Nushairiyah banyak terdapat di Suriah dan
negara-negara yang bertetangga dengan Suriah.
Nushairiyah
menisbahkan kelompoknya kepada seorang yang bernama Muhammad bin Nushair
An-Numair, yang mengklaim dirinya sebagai nabi dan menyatakan bahwa Abul Hasan
Al-Askari - imam ke-11 kelompok Syi’ah - adalah Tuhan yang telah mengutus
dirinya sebagai nabi.
Ajaran agama
Nushairiyah tegak di atas dasar akidah yang rusak dan ritual-ritual ibadah yang
usang hasil pencampur-adukkan dari ajaran Yahudi, Nashrani, Budha, dan Islam.
Di antara akidah sesat kelompok Nushairiyah adalah:
1. Kultus
individu yang esktrim terhadap diri sahabat Ali bin Abi Thaib dengan meyakini
beliau adalah Rabb (Tuhan Yang Maha Menciptakan, Maha Mematikan, Maha Memberi
rizki, Maha Mengatur alam), Ilah (Tuhan yang berhak disembah—edt), dan Pencipta
langit, bumi, dan seluruh makhluk. Di antara bentuk penyembahan mereka kepada
Ali bin Abi Thalib adalah semboyan agama mereka:
( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..)
“Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (Singa betina, julukan Ali—edt)
ksatria yang terpercaya
Tiada hijab
(penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur lagi
terpercaya)
Dan tiada jalan
menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin (pemilik kekuatan yang perkasa).“
Dari semboyan
mereka ini nampak jelas bahwa kelompok Nushairiyah lebih kafir dari kaum
Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik sekalipun karena dengan ucapan ini mereka
menyandarkan penciptaan dan pengaturan seuruh makhluk kepada Ali bin Abi
Thalib. Sedangkan kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrik mengakui bahwa Allah SWT
adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur urusan seluruh makhluk.
2. Mereka
meyakini reinkarnasi, yaitu meyakini bahwa jika seorang manusia meninggal dunia
maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan memasuki jasad makhluk lain. Baik
jasad manusia maupun jasad hewan, sesuai jenis amal perbuatannya saat ia masih
hidup. Jika amal perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia
atau hewan yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan
menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya. Hakekat
dari keyakinan ini adalah meyakini bahwa dunia ini tidak akan rusak, tidak akan
pernah berakhir, tidak ada kebangkitan setelah mati, tidak ada surga, tidak ada
neraka…ruh akan senantiasa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya sampai
suatu saat yang tidak akan pernah berakhir. Keyakinan yang rusak ini mereka
ambil dari agama Budha, karena keyakinan reinkarnasi adalah salah satu pokok
ajaran agama Budha.
3. Di antara
pokok ajaran akidah mereka yang sangat mengakar kuat adalah kebencian dan
permusuhan yang sangat keras terhadap Islam dan kaum muslimin. Sebagai bentuk
permusuhan dan kebenciaan mereka kepada Islam, mereka menjuluki shahabat Umar
bin Khatab dengan julukan ‘Iblisul Abalisah’ (rajanya para iblis). Adapun
tingkatan iblis setelah Umar menurut keyakinan mereka adalah Abu Bakar kemudian
Utsman.
4. Mereka
mengharamkan ziarah ke kuburan Nabi Muhammad SAW karena di samping makam beliau
SAW terdapat makam shahabat Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khathab.
Pada zaman
dahulu keberadaan agama sesat Nushairiyah ini terbatas pada sebuah tempat di
negeri Syam dan mereka tidak diberi peluang untuk memegang posisi dalam bidang
pemerintahan maupun bidang pengajaran, berdasar fatwa syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Keadaan itu terus berlanjut sampai akhirnya penjajah Perancis
menduduki negeri Syam. Perancis memberi mereka julukan baru ‘Al-Alawiyyin’
(keturunan atau pendukung Ali bin Abi Thalib), memberi mereka kesempatan
mendiami seantero negeri Syam, dan mengangkat mereka sebagai pemegang
jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan penjajah Perancis di Syam.
Adapun pendapat
para ulama Islam tentang kelompok Nushairiyah…sesungguhnya para ulama Islam
telah menyatakan Nushairiyah adalah kelompok yang telah keluar dari agama Islam
(kelompok murtad), karena agama mereka tegak di atas dasar syirik, keyakinan
reinkarnasi, pengingkaran terhadap kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah telah ditanya tentang status kelompok Nushairiyah,
maka beliau menjawab:
الحمد لله رب العالمين .. هؤلاء القوم المسمون بالنصيرية هم وسائر أصناف القرامطة الباطنية اكفر من اليهود والنصارى بل اكفر بكثير من المشركين ، وضررهم على أمة محمد صلى الله عليه وسلم أعظم من ضرر الكفار المحاربين فإن هؤلاء يتظاهرون عند جهال المسلمين بالتشيع وموالاة أهل البيت وهم في الحقيقة لا يؤمنون بالله ولا برسوله ولا بكتابه ولا بأمر ولا بنهي ولا ثواب ولا عقاب ولا بجنة ولا بنار ولا بأحد من المرسلين قبل محمد صلى الله عليه وسلم ولا بملة من الملل ولا بدين من الأديان السالفة بل يأخذون من كلام الله ورسوله المعروف عند علماء المسلمين ويتأولونه على أمور يفترونها ويدعون أنها علم الباطن من جنس ما ذكره السائل …)
“Segala puji
bagi Allah Rabb seluruh alam. Kelompok yang dinamakan Nushairiyah tersebut dan
seluruh kelompok Qaramithah Bathiniyah (salah satu sekte Syi’ah yang ekstrim)
yang lain adalah orang-orang yang kekafirannya lebih parah dari kekafiran kaum
Yahudi dan Nashrani, bahkan kekafirannya lebih berat dari kekafiran kebanyakan
kaum musyrik. Bahaya mereka (kelompok Nushairiyah dan Qaramithah Bathiniyah)
terhadap kaum muslimin lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam,
karena mereka menampakkan dirinya sebagai orang-orang Syi’ah yang loyal kepada
ahlul bait di hadapan kaum muslimin yang bodoh. Padahal sejatinya mereka tidak
beriman kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, perintah, larangan, pahala, siksa,
surga, neraka, maupun seorang rasul pun sebelum Muhammad SAW. Mereka juga tidak
mengimani adanya ajaran rasul dan agama samawi terdahulu apapun. Mereka hanya
mengambil sebagian firman Allah dan sabda rasul-Nya yang dikenal di kalangan
ulama Islam, lantas mereka melakukan ta’wil sesat yang mereka ada-adakan dan
mereka klaim sebagai ilmu bathin semisal yang telah disebutkan oleh penanya di
atas…”
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah melanjutkan jawabannya sampai pada perkataan beliau: “Sudah
diketahui bersama bahwa pesisir pantai negeri-negeri Syam jatuh ke tangan
pasukan Nasrani (tentara Salib) dari arah mereka (kelompok Nushairiyah). Mereka
selalu membantu setiap musuh Islam. Menurut mereka, di antara musibah terbesar
yang menimpa mereka adalah kemenangan kaum muslimin atas pasukan Tartar…”
Kenapa rezim
Syiah Suriah begitu kejam?
Dikarenakan itu
adalah perintah para imam mereka untuk membunuh ahlu Sunnah, yaitu umat Islam
selain Syi’ah. Abu Abdillah, salah seorang imam Syi’ah, pernah mengatakan,
“Ambillah harta para nashib –ahlu sunnah- dimanapun kalian mendapatinya, dan
bayarkan kepada kami seperlima-nya.” (Jami’ul Ahadits Syi’ah, 8/532)
Sangat mungkin
jika kesulitan mendapatkan harta umat Islam dengan jalan mencuri, tidak
segan-segannya mereka merampok atau membunuh muslimin tadi. Toh, dalam
keyakinan mereka, darah umat Islam halal.
Hal ini juga
dianjurkan dalam hadits Syi’ah yang diriwayatkan oleh Husain al-Bahrani, dalam
kitabnya, alMahasin an-Nafsaniyah (hal. 166). Ia meriwayatkan dari salah
seorang imam Syi’ah, bahwa imam itu berkata, “Sebenarnya kami para imam hendak
memerintahkan kalian untuk membunuh mereka –umat Islam. Namun kami
mengkhawatirkan kalian, kami khawatir salah seorang dari kalian terbunuh
disebabkan membunuh mereka. Karena satu nyawa kalian, sungguh lebih berharga
daripada seribu nyawa mereka.”
Dan ada cukup
banyak doktrin-doktrin pengkafiran Syiah terhadap kaum muslimin yang
memungkinkan mereka termotivasi untuk membunuh kaum muslimin.
Siapakah yang
jadi korban terbesar, ibu? Tepat seperti yang ibu katakan. Tak lain, kaum
Ahlussunnah (Umat Islam) atau 74% rakyat Suriah.
Ibu Dina yang
semoga hidayah Allah segera menyapa anda,
Atas semua
kejadian di Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca
pernyataan ibu yang ahistoris dan penuh distorsi sejarah, pula tidak faham akan
kesesatan Syiah. Tak mungkin ibu rumah tangga seluar biasa ibu yang mengaku
sedang menempuh pendidikan doktoral, ingin negeri ini juga hancur lebur seperti
Suriah karena membela Syiah.
Alhamdulillah
banyak majelis dan da’i yang menjelaskan betapa berbahayanya Syiah. Bukan
karena kebencian ngawur tapi kebencian terhadap kesesatannya yang nyata. Sangat
berbeda dengan kebencian Syiah terhadap umat Islam seperti tercantum dalam
doktrin-doktrin radikal Syiah di atas. Terkait dana, saya dan kami kaum
muslimin tahu betul bahwa gerakan ini murni muncul dari kesadaran umat Islam
Indonesia untuk mempertahankan aqidahnya dan membela agamanya. Mungkin ibu
ingin menunjuk Saudi Arabia sebagai donatur proyek anti Syiah. Maka bila pun
benar, itu tidaklah berbeda dengan yang dilakukan Republik Syiah Iran untuk
program Syiahisasi dunia Islam. Justru hal ini menunjukkan bahwa ibu berada di
pihak Syiah sekalipun ibu mengaku bukan Syiah.
Saya mohon,
ibu, cobalah anti melihat lagi peta ideopolitiknya. Dalam konflik di Suriah,
ada peran Syiah Iran. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah
muslimin yang sedang berjihad melawan rezim Syiah kafir Nushairiyah yang
didukung penuh oleh Iran. Lalu, setelah kaum muslimin habis mereka akan terus
mengekspor iedologi kebencian ini sehingga pembantaian kembali terjadi di
negara-negara lain termasuk di Indonesia. Tidakkah ini puncak kejahatan?
Anti adalah
intelekual dan akademisi. Anti juga seorang ibu. Dan saya adalah seorang bapak
rumah tangga biasa. Saya mohon, anti sejenak membayangkan bila anak-anak kita
harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah hari ini.
Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, ibu. Ada 40-an orang Syiah, yang
menyerang secara anarkis dan radikal kepada warga perumahan muslim Bukit Az-Zikra
di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ada kelompok-kelompok anarkis Syiah yang selalu
menganggu ibadah dan kajian umat Islam di berbagai daerah. Tidakkah kasih
sayang seorang ibu yang anti bangga-banggakan, melingkupi mereka, ibu?
Ibu
menyampaikan kasus sampang sebagai contoh intolerannya umat Islam terhadap
Syiah, menunjukkan bahwa ibu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Sebagai akademisi dan intelektual sudah selayaknya ibu membaca suatu peristiwa
dengan timbangan yang patut dipertanggungjawabkan.
Ibu, ingatlah
ungkapan Buya Hamka tokoh besar Islam ini:
“Ketika saya di Iran, datang empat orang
pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan bersemangat mereka mengajari saya
tentang revolusi dan menyatakan kenginannya untuk datang ke Indonesia guna
mengajarkan revolusi Syiah itu di Indonesia. Boleh datang sebagai tamu, tapi
ingat kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syiah!” Ujar saya.