Fakta Majapahit, Gajah Mada dan Islam

Gambar hanya ilustrasi 


“Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Indonesia karena kehebatan Patih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya.” Benarkah?

Tidak benar. Penjajah berkepentingan untuk mengubur Islam sebagai akar budaya nasional dan menggantinya dengan Hindu (atau selain Islam). Sehingga dilakukan berbagai usaha seperti penyimpangan sejarah dan mengangkat budaya dan tradisi hinduisme sebagai akar budaya nasional, misalnya membongkar kembali borobudur dan prambanan yang sudah hancur dan terkubur dan lain-lain.

Kepentingan kolonialisme sebagaimana kita mafhum adalah penyebaran ajaran Kiristen (Gospel) serta motivasi balas dendam atas kekalahan Kristen dalam perang Sabil (salib). Sehingga apapun yang berbau Islam dimusnahkan. Demikian pula, Majapahit dan hinduisme diangkat terus serta dipaksakan dalam penulisan sejarah sebagai cikal bakal dan nenek moyang bangsa. Padahal tidak demikian.

Oleh karena itu, cobalah tanyakan kepada anak-anak kita sekarang, apakah meraka mengenal Raden Fatah, Raja Muslim pertama di Tanah Jawa. Raden Patah adalah putra Raja Majapahit, sekaligus santri dari Sunan Ampel. Tanyakan kepada para Siswa di Sekolah-sekolah Islam, apakah mereka mengenal dan mengagumi Sultan Agung yang mengirimkan tentaranya dari Yogyakarta ke Jakarta untuk mengusir penjajah Portugis?

Tapi, kita dan anak-anak kita dicekoki sebuah cerita bahwa Nusantara pernah disatukan oleh Gajah Mada. Bahwa kerajaan Hindu itulah yang berhasil yang berhasil menyatukan Nusantara. Sehingga opini yang disampaikan kepada anak-anak kita tampaknya: "Islam datang untuk menghancurkan kejayaan Indonesia yang sudah berhasil dibangun oleh Majapahit!"

Sebab, setelah itu - sebagaimana digambarkan dalam buku pelajaran sejarah - muncul kerajaan-kerajaan Islam yang tidak pernah berhasil menjelma menjadi kerajaan nasional, sebagaimana Sriwijaya dan Majapahit. Jadi, Islam digambarkan sebagai faktor yang tidak kondusif sebagai "pemersatu Indonesia". Dengan kata lain, Indonesia hanya bisa disatukan bukan dengan Islam, tetapi dengan ideologi lain, apakah ateisme, animisme, atau sekularisme. Pada akhirnya sampai saat ini masih banyak yang phobi kepada syariat Islam.

Padahal, coba diperiksa dan pertanyakan; kapan Majapahit benar-benar berhasil menyatukan Nusantara, wilayahnya sampai mana, dengan cara apa Majapahit menyatukan Nusantara? katanya, Gajah Mada pernah bersumpah, namanya Sumpah Palapa! Apakah sumpah seseorang bisa dijadikan bukti bahwa dia berhasil mewujudkan sumpahnya?

Prof. C.C. Berg, termasuk yg mengkritik upaya pengkultusan dan pemitosan kebesaran majapahit. (Maret 1952)

Mitos kebesaran dan keruntuhan Majapahit banyak dikisahkan dalam kitab Darmogandul (kitab yang isinya penuh penghinaan terhadap Islam, Nabi Muhammad dan Al-Qur'an) yang juga meratapi keruntuhan Majapahit dan mencerca para penyebar Islam di Tanah Jawa (Wali Songo).

Serat Darmogandul begitu menggebu-gebu menyerang Islam dan mengharapkan orang jawa berganti agama, dengan meninggalkan Islam. (Lihat, Anonim. Darmogandul. Cet IV. Kediri: Penerbit Tan Khoen Swie, 1955). Setelah diteliti ternyata serat Darmogandul merupakan karya dari seorang Kristen bernama Ngabdullah Tunggul Wulung atau dikenal dengan nama baptis Ibrahim Tunggul Wulung. Ngabdullah merupakan sosok yang intens bersentuhan dengan sejumlah pendeta Kristen Belanda. Maka jelas nampak benang merah antara upaya mengunggulkan Majapahit dengan kolonialisme.

Postingan populer dari blog ini

M. Natsir Dan Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia

Kejayaan Pendidikan Islam

Menjaga Kehormatan Ulama