M Natsir dan Dakwah Tanpa Sumpah Serapah
Syaikh Mohammad Natsir salah seorang tokoh dakwah dunia. Dalam kitabnya Fiqhud Da’wah menuliskan pada bab Kaifiat dan Adab Dakwah adanya keharusan bagi setiap da’i/muballigh untuk memilih dan menyusun kata yang tepat dalam dakwah dan ceramah yang disampaikannya.
Beliau mengutip
satu ayat dalam surat Al Akhzab ayat 70, “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang tepat ( qoulan
sadiedan ).”
Menurutnya,
dakwah dengan qoulan sadiedan adalah kata yang lurus (tidak berbelit-belit),
kata yang benar, keluar dari hati yang suci bersih, dan diucapkan dengan cara
sedemikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju, yakni; sehingga
panggilan dakwah sampai mengetuk pintu akal dan kalbu mereka yang dihadapi.
(Hal.213)
Di sisi lain
beliau menyatakan dakwah harus pula dilakukan dengan qoulan layyinan. Beliau
kutip firman Allah Ta’ala dalam surat Thaha:43-44, “Pergilah kamu berdua kepada
Fir’aun: sesungguhnya dia telah membuat kedzaliman yang melewati batas; maka
katakanlah kepadanya “qoulan layyinan”; mudah mudahan ia akan ingat (akan
kebenaran) atau merasa takut (akan azab Allah).”
Qoulan layyinan
kata beliau lazim diterjemahkan “kata yang lembut atau kata yang manis”.
Syaikh Mohammad
Natsir mengajak kita menelaah dakwah Nabi Musa dan Harun dalam menerapkan
dakwah dengan menggunakan pendekatan qoulan sadiedan dan qoulan Layyinan
terhadap Fir’aun. (219-227).
Di bagian akhir
subbab terkait memilih dan menyusun kata yang tepat, beliau mengungkapkan
dakwah Nabi Musa dan Harun kepada Fir’aun dilakukan secara tepat dan tajam
tetapi halus dan bersih, keluar dari dari kalbu yang bersih. Bersih dari nafsu
kasar yang hanya bisa menyalakan nafsu yang kasar pula pada pihak yang
dihadapi.
Beliau
mengingatkan kepada kita bahwa bila dakwah terhadap Fir’aun saja dilakukan
dengan cara demikian tepat, halus dan bersih, apatah lagi dakwah yang ditujukan
kepada sesama muslim. Jelas harus lebih tepat, santun, bersih, lembut dan lebih
bersih. Tanpa caci maki, laknat dan sumpah serapah. Selain hal itu tidak
beradab juga menyelisihi kaifiat dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Memang, tegas
beliau, maki-makian dan main cap-capan bukanlah alat yang wajar bagi seorang
pembawa dakwah. (Hal.226)
Bukan tanfier,
menghalau orang, sehingga lari!
Gembirakan,
jangan timbulkan kebencian hingga orang lari! (Hal.227)
Qoulan
layyinan, kata beliau, adalah suara dakwah yang terkendali, oleh jiwa yang
beriman. Oleh karena itu terpelihara dari meradang memburangsang. Terpelihara
dari tajammul dan tazalluf, menjilat-jilat mengambil muka. Cara dan gayanya
tidak terlepas dari adab. Adab orang berpribadi, yang bercelupkan
shibghatullah. (Hal.227)
Syaikh Natsir
mengatakan, qoulan layyinan memang tidak mengguntur menggemuruh. Ia
layyin, halus dan lembut. Tetapi seperti
halus dan lembutnya ujung urat pohon beringin, ia sanggup membelah batu karang.
M Natsir, dai
yang tegas penuh prinsip tapi santun halus dan bersih.
Sungguh kita
mendapati salah seorang dai ilallah yang mampu berdakwah secara qoulan sadiedan
dan qoulan layyinan, sekaligus adalah beliau sendiri; Syaikh Dr. Mohammad
Natsir. Maka pelajarilah riwayat dakwah beliau, kita akan mendapati teladan
indah dalam mengarungi samudera dakwah ilal khair.